Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Mengingat Serua

Gambar
Kemarin, seorang teman KKN secara random bertanya, "Kaka Linda, ada rencana pi pulang ke Waipia, kah?" Secara spontan, aku menjawab, " Kalau rencana ada, Kaka. Tapi seng ada uang." Lalu kemudian temanku membalas stiker berisi seseorang yang sedang tertawa. Ketika ditanya demikian, aku tiba-tiba teringat dengan draft tulisan tentang Serua (salah satu pulau asal penduduk Waipia, tempatku KKN) yang masih tersimpan rapi dan gagal diunggah di Hari Bahasa Ibu beberapa waktu lalu karena aku lupa tanggal. Maka aku memutuskan untuk mengunggahnya hari ini, tentunya dengan sedikit modifikasi. Tentang hari bahasa ibu yang diperingati bulan lalu (21 Februari), aku terbayang dengan keheranan banyak orang yang kerap berkata padaku, " Kamu beneran orang Madura? kenapa logatmu tidak seperti orang Madura?" Lalu, keheranan tersebut aku jawab dengan, "Karena dulu bahasa ibuku Bahasa Jawa. Walau ibuku orang Madura, tapi aku lancar berbahasa Madura ketika kelas 5 SD, saat

Perihal Teluk Saleman dan Laut Maluku yang Tiada Habisnya untuk Diceritakan.

Gambar
Hari ini tiba-tiba aku teringat pada momen ketika memasuki wilayah Teluk Saleman, Agustus 2018 lalu. Rasanya seperti berada di dunia peri ketika menjejakan kaki di teluk ini. Sebentar, di manakah kiranya letak dunia peri yang kumaksud? Jadi, jika dibentangkan peta provinsi Maluku, Teluk Saleman berada tepat di sisi utara Pulau Seram yang digelari sebagai Nusa-Ina atau 'pulau ibu' oleh orang-orang Maluku. Dalam kosmologi mereka, Pulau Seram dipercaya sebagai tempat kelahiran semua orang Maluku sebelum akhirnya menyebar ke pulau-pulau lain di sekitarnya. Teluk Saleman menjadi salah satu tempat di sudut Pulau Seram yg oleh banyak orang direkomendasikan untuk didatangi. Di teluk ini kita dapat menikmati panorama laut, salah satunya Pantai Ora. Kali pertama sampai di Teluk Saleman, sepasang mataku disajikan perbukitan cadas berselimut pepohonan khas wilayah tropis. Air laut begitu jernih menampilkan warna-warni biota laut, rasanya seperti bukan air, tetapi kaca. Mungkin seperti berl

Linda Bercerita Linda

Gambar
Hari ini di tiga lalu. Kami keluar dari ruangan yang sudah dua hari menjadi arena belajar. Putri Bang Ucok --Rusdi Marpaung-- duduk di depan piano hitam yang tepat diletakkan di depan 'ruang belajar' kami. Ia sudah siap memainkan lagu 'selamat ulang tahun.' Jakarta saat itu sudah petang. Suka hujan juga seperti akhir-akhir ini. Hari itu kalender menunjukan angka 18 di lembar bulan Maret, yang menandakan hari ulang tahun salah satu mentor, sekaligus editor buku kami (re: Dari Sergai Ke Kefa). Mentor dan editor yang kumaksud adalah Linda Christanty. Sehari sebelumnya, untuk pertama kalinya aku bertemu perempuan berkacamata yang kemudian kupanggil "Mbk Linda." Ya, nama depan kami sama. Rasanya agak aneh setiap bertemu dengan siapapun yang memiliki nama kembar. Apa kalian juga pernah merasakan hal yang sama? Oiya, aku hampir saja lupa. Diksi "kami" dalam "mentor kami" berarti sepuluh anak muda Indonesia, termasuk aku, yang pada Maret 2018 berke