Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Merangkum 2017

Gambar
Tiap tahun yang dilalui, pasti punya cerita berbeda dibanding tahun-tahun lainnya, termasuk 2017. Tahun ini bisa dibilang tahun yang penuh tantangan, namun beruntung aku berhasil melewati 2017 dengan tetap chill, plus tidak lupa diisi dengan kebahagiaan, pengalaman baru, jalan-jalan, bertemu teman-teman baru. yang jelas, aku merasa keahlian dalam mereview jurnal-jurnal buat tugas kuliah makin oaoe aja hehe. Dari banyak hal yang dijalani selama 365 hari, berikut beberapa catatan yang berhasil dirangkum: Mengurangi list “tempat yang belum pernah dikunjungi” Tiap tahun, harapannya makin banyak tempat-tempat baru yang berhasil dikunjungi. Nah, berikut ini empat dari sekian tempat yang berhasil disambangi selama 2017~ -           Paninggaran, Pekalongan Januari 2017, aku dan teman-teman di jurusan antropologi melaksanakan TPL (Teknik Penelitian Lapangan) sebagai salah satu agenda wajib bagi setiap mahasiswa antropologi. Tahun ini, penelitian kami dilakukan di Kecamatan Pan

Film Pilihan Selama 2017

Gambar
Di 2017, saya terbilang lebih sering menginjakkan kaki ke bioskop dibanding 2016. Salah satu faktor utamanya mungkin karena saya merasa makin banyak film-film yang masuk dalam kategori "Linda banget," hehe. Senangnya, tahun ini bioskop-bioskop kita makin banyak mengangkat film-film karya anak bangsa yang sebelumnya lebih sering kita jumpai di festival-festival film. Nah, di bawah ini saya akan sedikit menjabarkan tentang 6 film Indonesia yang berhasil saya tonton dan membawa pesan dan kesan menarik untuk diceritakan. Istirahatlah Kata-kata Awal kuliah semester 4, beberapa hari setelah mendaratkan kaki di Jogja, Saya ditemani Sekar dan Dwings memutuskan untuk menyaksikan film mengenai Wiji Thukul, seorang pembuat sajak sekaligus pemberontak di masa orde baru yang hingga saat ini tidak jelas keberadaanya. Sepanjang film, mayoritas kami sebagai penonton disuguhi oleh kesunyian, dibiarkan bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Alurnya tenang, namun ber

Project Van Tiouw #1: "Dokumentasi" Tari Lenso

Gambar
Negeri Tiouw, Saparua, Maluku Tengah. Selasa, 10 Oktober 2017.  Siang, tapi mendung. Kami -tim Ekspedisi Jalur Rempah Saparua, disambut meriah oleh basudara negeri Tiouw. Turun dari otto  warna-warni, musik dari pengeras suara yang berada di pojok tenda halaman kantor negeri, berbunyi nyaring. Berbalut baju merah-abu-abu andalan tim EJR, kami berjalan rapi memasuki halaman berumput hijau yang pinggir-pinggirnya sudah dipenuhi oleh banyak orang, -tua, muda, laki-laki, perempuan, semua ada.  Di area sebelah utara, berjejer rapi anak-anak yang kutaksir merupakan murid SD-awal SMP, mengenakan baju cele, seragam khas anak-anak Maluku dengan motif kotak-kotak berwarna merah agak muda dan putih. Saat tim EJR sudah persis bersebrangan dengan mereka, musik yang nyaring tadi dimatikan. satu. dua. tiga. empat detik, sunyi. pluk, suara tifa kemudian memecah kesunyian, disusul oleh harmoni suara anak-anak -yang sebagian besar perempuan- menyanyikan sebuah lagu. Rupanya lagu yang mereka bawa

Terimakasih, Maluku, Aku Beruntung Menjadi Minoritas.

Gambar
Dua angka di kalender bulan Oktober, 9 dan 22, menjadi penanda yang akan terus diingat untuk waktu-waktu selanjutnya. Di antara kedua angka ajaib ini, aku banyak sekali memproduksi kisah untuk dicatat dalam bagian tertentu dalam kepala. Kisahku kali ini adalah tentang Aku yang bertemu sekumpulan orang dalam lingkaran bernama Ekspedisi Jalur Rempah 2017, Provinsi Maluku. Keberuntungan yang kudapat sehingga bisa bergabung dalam forum ini (karenanya Aku bisa “merampok” banyak pengalaman hidup) menuai banyak ucapan terima kasih dariku untuk banyak pihak yang sebenarnya tidak bisa kusebut satu-persatu, akan tetapi postingan ini justru ditujukan kepada mereka. Kepada siapapun ciptaan Tuhan yang terlibat dalam pembuatan kisah manis antara Aku dan Maluku. Baik, mari kita mulai. Terima kasih pertama , untuk Dirjen Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, baik kepada jajaran pemimpin di dalamnya, penginisiasi kegiatan Ekspedis

Ujian Kenaikan Kelas

Gambar
Dulu (mungkin sampai sekarang juga) saya kadang mikir, yang membuat timbul banyak pertanyaan di kepala saya macam; "Kenapa ya Tuhan kok menakdirkan saya demikian?" "Kenapa saya yang dipilih Tuhan untuk menjalani kisah hidup yang demikian?" "Apa Tuhan gak kasian sama saya yang selalu iri sama teman-teman lain kalo liat mereka lagi minta beliin es krim ke Bapaknya?" "Tuhan sebenernya mau memberi pelajaran apa sih buat saya?" Jeleknya, kalo udah kelamaan mikir, saya tuh sukanya malah mengutuk diri saya sendiri. Lebih parah lagi kalo udah beranggapan jika Tuhan itu udah gak adil sama hidup saya, padahal kalo diyakini dalam keadaan waras, Tuhan Maha Adil, bukan? Pertanyaan bergaris miring semacam di atas, kalo saya lagi gak ada kerjaan, sering mampir suka-suka. Padahal kalo udah mampir, ujung-ujungnya tetep aja gak ada jawaban ataupun kesimpulan yang bisa saya ambil, belum saya temukan lebih tepatnya. Kadang karena gak mau kepo-in

Lihat! Ada Bukit di Utara!

Gambar
Pernahkah kamu merasakan jatuh cinta? Makhluk bernama  jatuh cinta  itu unik, dia bisa datang dari mana saja. Hadirnya dapat melalui rintik hujan, bau nasi goreng di pertigaan yang ramai tiap malam, potongan lagu dari band metal, bunyi bel sekolah tepat pukul tujuh, rasa manis gulali di pasar malam, permukaan bus kota yang berdebu, suara sapu lidi yang menyentuh halaman tiap pagi, hingga wajah orang asing yang kemudian menjadi peristiwa jatuh cinta pada pandangan pertama. Dua hari lalu, saya bertemu lagi dengan hal yang membuat saya merasakan jatuh cinta untuk kesekian kalinya. Kali ini, bukit yang tak jauh dari rumah menjadi alasan saya untuk kembali jatuh cinta. Tidak ingin berbasa-basi dan keseringan menggunakan dua kata bertuliskan  jatuh cinta , maka langsung saja saya ceritakan bagaimana perjalanan saya menemukan cinta pada sebuah bukit dekat rumah. Selain cerita kenapa saya bisa jatuh cinta, disini juga akan dibumbui beberapa  banyak  keluh yang membuat saya resah seperti judul