Merangkum 2017


Tiap tahun yang dilalui, pasti punya cerita berbeda dibanding tahun-tahun lainnya, termasuk 2017. Tahun ini bisa dibilang tahun yang penuh tantangan, namun beruntung aku berhasil melewati 2017 dengan tetap chill, plus tidak lupa diisi dengan kebahagiaan, pengalaman baru, jalan-jalan, bertemu teman-teman baru. yang jelas, aku merasa keahlian dalam mereview jurnal-jurnal buat tugas kuliah makin oaoe aja hehe. Dari banyak hal yang dijalani selama 365 hari, berikut beberapa catatan yang berhasil dirangkum:

Mengurangi list “tempat yang belum pernah dikunjungi”

Tiap tahun, harapannya makin banyak tempat-tempat baru yang berhasil dikunjungi. Nah, berikut ini empat dari sekian tempat yang berhasil disambangi selama 2017~

-          Paninggaran, Pekalongan
Januari 2017, aku dan teman-teman di jurusan antropologi melaksanakan TPL (Teknik Penelitian Lapangan) sebagai salah satu agenda wajib bagi setiap mahasiswa antropologi. Tahun ini, penelitian kami dilakukan di Kecamatan Paninggaran, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Banyak hal baru yang kutemui di tempat ini, dan semua itu terangkum di dalam data harian TPL dan beberapa unggahan di instagram dengan hastag #30HariBercerita, #LindaBercerita, #LindaBerbagi dan hastag lain yang berlokasi di Paninggaran. Oiya, satu hal yang pasti, Paninggaran khususnya Desa Notogiwang membuatku benar-benar menyaksikan seperti apa simbah-simbah yang sedang mengunakan bahasa Jawa, akan tetapi aku tak mengerti satu pun kata yang beliau-beliau ini ucapkan.

-          Gunung Argopuro, Jawa Timur
Praktis, Gunung Argopuro sebagai gunung dengan jalur terpanjang di pulau Jawa ini menjadi satu-satunya gunung yang berhasil kusinggahi di tahun 2017. Sebenarnya, beberapa gunung masuk ke list tujuanku tahun ini, tapi akhir tahun ini banyak hal tak terduga yang membuatku harus ikhlas mencoret beberapa daftar gunung yang sudah kutulis jauh-jauh hari. Argopuro menjadi saksi bagaimana aku dan kesembilan rekanku benar-benar bercengkrama dengan alam.

-          Semarang, Jawa Tengah
Jadi....saat perayaan Idul Adha kemarin, aku dan Imas pergi ke Semarang untuk mengunjungi Diana. Dengan naik bus ekonomi yang sesaaaak dari terminal Jombor, Jogja, menuju ke Semarang dekat tugu kuda UNDIP aku dan Imas berjuang melawan rasa kantuk dan gerah selama 4 jam lebih agar kami tidak kebablasan sampai di tujuan. Di Semarang, aku, Imas dan Diana pergi ke destinasi di kota yang mungkin bagi banyak orang dianggap b aja tapi bagiku dan Imas yang baru ke Semarang, tempat-tempat ini sungguh unik dan menarik hmm. Sebut saja Kota Lama, Lawang Sewu, Toko Oen, sampai Simpang Lima.

-          Maluku
Oktober 2017, aku pergi untuk menjejakkan kaki di tanah Maluku, tempat para ‘raja’ tinggal. Tuhan sungguh mengabulkan mimpi untuk ke Maluku lewat cara yang benar-benar tak terduga.  Apalagi Maluku, tempat ini juga tak kalah hebatnya dalam membabat habis semua ekspektasiku tentangnya. Bagiku, Maluku –khususnya Ambon dan Saparua, memiliki banyak energi baik yang dengan senang hati mereka bagikan kepada siapapun yang menginjakkan kaki di tanahnya, termasuk aku. Sedikit cerita tentang Maluku sempat kuceritakan di postingan ini. 

Rekor dijahit

Hehe, jadi......tiap akhir semester menjelang uas di dua semester tahun 2017 (semester 4 dan semester 5) aku punya kebiasaan baru; suka tega membenturkan bagian tubuhku hingga berdarah dan harus ditangani orang-orang berbaju putih yang mendadak jadi tukang jahit huhu. Mei 2017, kepala sebelah kiriku bocor setelah aku pingsan –untuk pertama kalinya dalam hidup- lalu tidak sengaja menjontoskan kepalaku ke sudut bingkai pintu kamar kos Dian –teman kuliahku yang hari itu sedang ulang tahun. Maka di hari itu, Minggu 28 Mei 2017 menjadi hari dimana seorang Linda pingsan dan dijahit untuk pertama kalinya.

Penjahitan kedua terjadi pada Sabtu 18 November 2017. Saat itu, aku dan beberapa teman sedang dalam perjalanan menuju Pantai Ngobaran di Gunung Kidul untuk melakukan mini riset ala-ala psdm Kemant 2017 hehe. Kali ini, jahitan ditujukan pada lutut sebelah kananku yang sampai detik ini –saat kutulis catatan ini- masih saja membuat kaki kananku belum bisa berjalan secara normal, yang sekaligus membuat agenda bulan november-desember dan januariku menjadi sedikit berantakan :’)

Belajar banyak dari film yang ditonton

Tahun 2017, rasanya aku banyak menyisihkan rupiah untuk menyaksikan karya sutradara Indonesia yang tayang di bioskop. Awal Desember ini aku juga berkesempatan keluar masuk JAFF-Jogja Asian Netpac Film Festival secara gratis dengan berbekal co-card official media partner yang kudapat dari KRJogja. Dari film-film yang kutonton sepanjang tahun ini, beberapa aku tulis kesan-kesanku di postingan ini. Kalau boleh jujur, film-film yang kutonton selama 2017 ini menjadi salah satu penyumlai energi untuk mewujudkan mimpi-mimpi, eya~

Foto sama ‘yang digemari’

Selain teman baru, 2017 aku juga ketemu dan berhasi foto bareng sama beberapa influencer dalam mendalami hobi. Ada Kadek Arini, travel bloger lulusan Arsitektur UGM, Mas Aan Masyur yang kukenal lewat Kukila, dan Keluarga Belo Mantap Djiwo yang punya anak macam Sekala si menggemaskan itu.







Harus legowo liat band-band-an idola pada “bubar”

Kenyataan pahit yang harus diterima di penghujung 2017 adalah kabar tentang dua vokalis di dua band yang kusenangi memutuskan untuk tidak melanjutkan karier mereka, satu adalah Giring vokalis Nidji, dan satu lagi Mas Is sebagai pemilik suara mendayu di balik Payung Teduh. 2017 menjadi tahun terakhir mereka bersama-sama dengan band masing-masing. Ya sebagai penggemar, berharap sekali kapan-kapan mereka bisa reunian dan bikin konser heuheu :”)


Kalau dicermati baik-baik, 2017ku ibarat naik rollercoaster, sempet dibawa naik tinggi lewat pengalaman-pengalaman baru tak terduga, tapi di waktu setelahnya dibiarkan jatuh terjembab sampe berdarah-darah dan kudu dijahit wkwk. Apapun itu, aku tetap harus bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas 2017 yang luar biasa dan penuh warna. I’ve learned a lot this year!

Komentar

Kisah lainnya

Terimakasih, Maluku, Aku Beruntung Menjadi Minoritas.

Dua Abad Perjuangan Nona dari Negeri Abubu, Martha Christina Tiahahu

Salam Manis dari Maluku