Menuju Syawal

Tarawih terakhir, Ibu menangis di rakaat akhir
"Ketemu lagi sama Ramadhan tahun depan, insya Allah", katanya.
Tangisnya makin menjadi saat dibacakan doa sebelum shalat witir
"Yang di dunia sedang bersuka menyambut syawal, 
yang di kubur sebaliknya",
katanya lagi sambil mengusap air mata yang sudah sampai pipi.

Malam ini, kukerjakan sholat istimewa terakhir yang hanya ada di bulan mulia,
di surau sederhana peninggalan moyang tercinta.
Esok hari, kukerjakan pula dua kegiatan yang minggu depan akan kurindukan;
Sahur dan Buka Puasa bersama dengan keluarga besar.
Tak hanya minggu depan, tapi minggu-minggu seterusnya
Hingga bertemu lagi diri ini dengan bulan kebaikan bernama Ramadhan.


Lusa katanya sudah Syawal

Esok sebelum petang, akan dicari keberadaan hilal oleh sebagian orang
Esok malam, takbir akan bergema di jalan besar hingga sudut pedesaan
Esok menjelang tengah malam, sepasang ibu-bapak tengah berdoa,
menunggu kepulangan anak dari rantau agar selamat sampai desa.


Lusa katanya sudah Syawal

Seorang Bapak mengganti cat yang mulai lusuh di tembok rumah
Seorang Ibu menyuruh anak gadisnya mencuci mukenah
sedang ia tengah khusyuk mencetak suguhan paling renyah
Di sudut lain, terlihat mereka yang berjuang mengumpulkan rupiah
rupanya tahun ini "telat" membelikan baju dan sepatu baru,
untuk anak-anak yang masih setia menunggu di rumah.


Lusa katanya sudah Syawal

Sebenarnya, sudah siapkah kita berpisah dengan Ramadhan?
Semoga Tuhan berkenan memanjangkan umur kita,
mempertemukan kembali dengan bulan puasa
di mana dapat melihat senyum penjual takjil di tiap senja
di mana dapat lebih dekat lagi sebagai seorang umat dengan penciptaNya.



Komentar

Kisah lainnya

Terimakasih, Maluku, Aku Beruntung Menjadi Minoritas.

Dua Abad Perjuangan Nona dari Negeri Abubu, Martha Christina Tiahahu

Salam Manis dari Maluku